Jam 12 pun tiba, waktunya untuk beristirahat melepas penat dan mengisi perutku yang mulai lapar, rasanya tak kuat aku menahat lapar ini. Mataku tertuju pada tempat yang tersusun gerobak-gerobak. Aku datangi tempat itu dan aku duduk dibangku yang terhalang meja. Ramai sekali tempat ini, sedang apa mereka?. Tiba-tiba aku lihat sosok pria menggunakan celana panjang dan baju berkerah. Entah siapa namanya, ia sedang asyik sendiri pada kegiatannya, mengaduk-aduk mie didalam mangkuk, memasukan mie kedalam panci yang berisi air mendidih. Sedang apa orang itu? Ah, mungkin orang itu adalah penjual mie. Sungguh ramai sekali, bermacam-macam aktifitas ada disana. Mereka asyik pada kegiatannya masing-masing. Ada yang berteriak ”bang saya, mie satu” ah bermacam-macam teriakan itu, mengapa mereka harus berteriak? Sungguh membuat kupingku sakit, dan kepala ku hampir pecah karena mendengar teriakan itu.
Perhatian ku tertuju pada gerombolan wanita yang baru saja datang ketempat itu, mereka bercanda-canda, dan langsung duduk pada kursi yang telah disediakan, lagi-lagi kudengar teriakan ditempat itu. Kulihat banyak orang yang sedang asyik memakan makanan yang berbeda-beda, dan ada yang tetap asyik bercanda. Tiba-tiba pria yang memakai baju berkerah mengantarkan mangkuk yang berisi mie yang dicampur dengan irisan daging ayam yang memakai kecap, dan bapak itu memberi ku satu botol saos, sambal, dan lada bubuk. Aku pun mulai menikmati makanan itu bersama teman-temanku. Tapi mengapa beberapa temanku isi mangkuknya beda dengan ku? Ahh memang banyak menu yang bisa kita pilih ditempat itu. Tak lama datanglah empat orang pria yang membawa gitar, gendang, tapi itu bukan gendang, entahlah apa itu namanya terbuat dari pipa, dan ditutup dengan karet hitam, mereka bernyanyi, ya suaranya lumayan bagus, dan itu hiburan buat kami yang sedang makan, tapi ada pula yang mengaggap mereka sebagai pengganggu. Selesai bernyanyi, mereka meminta uang pada kami, Untuk apa uang itu? Rasanya ingin sekali aku bertanya pada mereka, tapi itu memang tidak penting bagi ku.
Aku terus menikmati suasana yang ada ditempat itu, aku terus memperhatikan orang-orang yang berada ditempat itu. Ya, lagi-lagi mataku tertuju pada seorang ibu memakai jilbab berwarna merah yang sedang asyik menggoreng sejenis tahu tapi berbentuk bulat, mungkin bisa kita berinama tahu bulat. Tapi tidak hanya itu, ibu itu pun menggoreng yang sepertinya terbuat dari adonan sagu dan terigu lalu di dalamnya diisi dengan macam-macam rasa, dengan bentuk yang beraneka ragam ada yang berbentuk bulat, love, segitiga, kotak, dan macam-macam lainnya. Aku pun penasaran dengan yang si ibu goreng itu, aku mencoba mengambil adonan yang berbentuk kotak dan segitiga, ya, aku meminta si ibu untuk menggorengnya. Aku pun terus memperhatikan orang-orang yang ada disekelilingku, banyak orang-orang yang takku kenal.
Ya ibu itu mengantarkan pesananku, ia membawa piring yang berisi adonan yang sudah digoreng, dan aku pun tak mau berlama-lama aku gigit dan ternyata adonan itu berisi irisan-irisan daging ayam, dan dan daging sapi cincang, emm, sangat nikmat sekali makanan ini. Siapa pria berkulit hitam, dan memakai baju hitam itu? Sedang apa dia?. Menaruh es batu didalam gelas yang terbuat dari plastik dan memasukan air teh, lalu alat apa itu? Ia masukan gelas yang berisi es batu dan teh itu kedalam alat itu, lalu ia menarik besi yang menempel pada alat itu. Tak lama ia keluarkan kembali gelas itu dan kini gelas itu sudah tertutup dengan plastik, berarti alat itu merupakan alat untuk menutup gelas, pantas saja didalamnya terdapat gulungan plastik yang bergambar. Aku pun sudah menghabiskan makanku, sudah waktunya aku untuk kembali kekelasku dan melanjutkan untuk belajar, tapi aku harus memenuhi kewajibanku, aku harus membayar makanan-makanan itu. Kini aku kembali kekelasku di lantai enam gedung Universitas Pamulang.