BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 29 Desember 2011

Surat Cinta Untuk Ibu Gubernur

Hari masih gelap Matahari belum menampakan cahayanya, ini baru jam 04:30 pagi, tapi aku harus segera bangun dari tempat tidur. Aku membantu ibu merapikan rumah dan mempersiapkan dagangan yang akan aku bawa ke sekolah. Namaku Isti, aku tinggal di daerah Malimping, pelosok kota Pandeglang-Banten. Desa terpencil yang jauh dari keramaian. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan dua adik perempuanku. Ibuku bekerja sebagai buruh cuci di desa. Ayahku menjadi buruh bangunan terkadang ia harus pergi ke kota untuk bekerja. Kedua adikku mereka masih sangat kecil.
Jam 05.00 aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Untuk sampai di sekolah aku memerlukan waktu 2 jam. Cuma sekolah ini lah yang paling dekat dengan rumahku. Hanya ada satu angkutan umum untuk sampai ke sekolah, kami harus berlomba-lomba masuk bahkan sebagian harus duduk di atap mobil. Perjalanan yang rusak harus aku dan teman-teman lewati, terkadang jika hujan turun banjir pun datang. Kondisi sekolah pun sangat tidak layak untuk di tempati, atap-atap yang sudah bocor. Tembok gedung pun sudah banyak yang retak. Sungguh sangat ironis sekali. Tidak ada fasilitas komputer di sekolahku seperti di kota-kota. Kini hanya ada beberapa guru di sekolahku. Mereka pun memutuskan untuk pindah mengajar.
Ingin rasanya aku mengeluh tentang ini semua. Tapi aku bingung kepada siapa aku mengeluh selain kepada Tuhan. Aku ingin seseorang itu menepati janji-janjinya yang dulu ia ucapkan saat ia membutuhkan kami. Saat ucapan-ucapan manis terucap dari mulutnya. Tapi kini dimana ia?. Aku tak tau kapan ia akan sadar! Kapan ia akan memperhatikan kami!.  
Sampailah disekolah, kami harus segera baris di lapangan karena upacara bendera akan dimulai. Kegiatan ini sering kami lakukan di senin pagi. Karena bagi kami, kita harus tetap menghormati sang Merah Putih walau bagaimana pun keadaan kita. Walau lapangan sekolah kami agak sedikit becek karena hujan yang turun semalam. Tiang bendera yang sudah berkarat.Tapi ini bukan kendala bagi kami. Kami tetap semangat.
Kini saatnya aku mengikuti pelajaran di kelas. Hari ini aku belajar Bahasa Indonesia, pak Sutrisno namanya kami biasa memanggilnya bapak Ino. Ia sudah tua, tapi ia tetap semangat mengajarkan kami. Pak Ino selalu berkata “ kalian harus tetap semangat, jadilah anak yang bisa dibanggakan” kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku, selalu teringat dipikiranku karena hampir setiap pak Ino mengajar ia selalu berkata itu. Kata-kata beliau lah menjadi motivasi dalam hidupku.
Jam istirahat pun tiba. Kini saatnya aku mulai menjual daganganku. Aku menjual gorengan dan es lilin. Aku menjualnya dengan harga tiga ratus rupiah perbuah. Alhamdulillah aku bisa sedikit membantu kedua orangtuaku. Terkadang daganganku tidak habis terjual. Dan aku harus melanjutkan berjualan nanti setelah pulang sekolah. Sekarang aku pun kembali ke kelas untuk melanjutkan belajar.
Pukul 12.00 pun tiba. Lonceng telah berbunyi ini saatnya kami harus pulang. Kami harus pulang dengan berjalan kaki. Karena tidak ada angkutan umum. Angkutan itu hanya mengantarkan kami di pagi hari. Memang ini yang biasa kami lakukan jika pulang sekolah. Kami harus mencopot sepatu sebelum melanjutkan berjalan, karena jika kami memakai sepatu, sangat rugi bagi kami. Jalanan yang becek dan terjal terkadang membuat kami terjatuh dan membuat sepatu kami kotor dan cepat rusak. Entah sampai kapan kami harus merasakan seperti ini. Mungkin sampai ia sadar.
Sampailah aku di rumah, aku pun beristirahat sejenak sebelum aku membantu ibu. Setiap hari aku membantu ibuku mencari kayu bakar dan mengambil daun pisang di kebun. Kegiatan ini rutin aku lakukan sehabis pulang sekolah. Aku pun berangkat ke kebun. Kebun ini pun bukan punya kami. Kebun ini milik tetanggaku. Ia mengijinkan kami mengambil daun pisang asalkan hasilnya dibagi dua.
Waktu pun terus berputar. Malam pun tiba, aku pun membuka kembali buku-buku. Aku membaca pelajaran yang sudah diberikan oleh guru tadi siang. Aku belajar ditemani dengan lampu petromak, hanya itu satu-satunya penerang di rumahku. Listrik di rumahku sudah di cabut oleh PLN. Karena ayahku sudah lama tidak membayar. Pikiranku pun teringat kembali kepada janjinya. Ia berjanji akan memberikan listrik gratis kepada warga. Jika ia terpilih. Ia sudah terpilih bahkan sudah bertahun-tahun ia menjabat. Tak pernah ia menepati janjinya. Waktu pun sudah larut malam aku pun harus tidur karena esok pagi aku melanjutkan kembali aktifitasku.
Pagi pun tiba. Seperti biasa aku akan berangkat ke sekolah di pagi hari. Setiap hari kegiatan ini pun harus kami lakukan berebut masuk kedalam angkutan umum. Melewati jalan-jalan yang rusak. Entah sampai kapan?. Aku ingin ia segera sadar pada janjinya. Janji yang ia ucapkan saat pemilihan gubernur tahun lalu. Kami ingin sekolah kami menjadi layak untuk digunakan tidak seperti sekarang atap-atap yang bolong sangat mengganggu kami ketika belajar. Apalagi jika hujan turun. Ia berjanji memperbaikinya. Tapi apa sampai sekarang. Tidak ada! Janji manis itu hanya ucapan saja. Hanya sebuah rayuan gombal. Dan terlalu bodohnya kami tergiur oleh janji-janji manisnya.
Hujan pun turun begitu deras. Kami sangat sibuk memindahkan buku-buku dan mencari tempat yang tidak terkena air. Angin pun bertiup kencang. Atap-atap pun berterbangan. Akhirnya belajar pun dihentikan karena guru-guru dan kepala sekolah takut sekolah tiba-tiba roboh. Kami pun berlarian keluar kelas. Apakah kami akan terus seperti ini?
Tiba di rumah, seperti biasa aku langsung membantu ibu. Aku ingin sekali mengirimkan keluhanku yang sudah ku tulis. Aku ingin mengirim tulisan ini kepada ia. Tapi aku tak tau dimana ia tinggal. Apakah tulisan ini akan sampai? Namun jika tidak segera aku mengirimnya. Kapan sekolah kami akan di perbaiki. Akhirnya setelah aku selesai membantu ibu. Aku pun pergi ke kelurahan yang tidak jauh dari rumahku. Disana terdapat kotak pos. semoga surat ini dibaca olehnya dan dimengerti maksudnya. Aku pun memikirkan alamatnya Karena aku tidak tahu. Mau bertanya pada siapa aku. Kepada Pak Rt. Pak Rw. Atau Pak lurah. Ah rasanya itu tak mungkin. Akhirnya aku tulis saja di amplop itu “SURAT CINTA UNTUK BU GUBERNUR” “Pak pos, siapapun anda tolong antarkan surat ini kepada ibu Gubernur tercinta”. Entah surat itu akan di antarkan atau tidak. Akan sampai atau tidak. Aku tak pernah tau. Aku hanya bisa menanti perubahan itu terjadi.

Rabu, 07 Desember 2011

PERTEMUAN DI MINGGU PAGI



Matahari belum sepenuhnya muncul, embun pagi masih menghiasi rerumputan, jam pun menunjukan pukul 05.00, aku langsung bergegas bangun dan pergi kekamar mandi untuk mengambil wudhu dan kembali kekamar untuk shalat. Ya ini minggu pagi, waktunya aku untuk berolahraga. Aku berlari-lari kecil di komplek perumahan yang tak jauh dari rumahku.
Aku terus berlari, tiba-tiba seorang pria menghampiriku. Ia menanyakan bagaimana kabarku, tapi aku sama sekali tidak mengenal orang itu. Ia terus saja menanyakan tentangku, kesibukanku sekarang, ia menceritakan tentang sekolah dulu. Entahlah, tak mengerti apa maksudnya itu!. Sampai akhirnya aku pun memutuskan untuk bertanya “memangnya kamu siapa?” dia malah tertawa, aku pun hanya tersenyum sambil memikirkan mengapa dia tertawa. Ingin rasanya aku menghindar dari orang ini tapi ia selalu mengikutiku. Taklama ia memperkenalkan dirinya ia bilang, dulu ia cukup dekat denganku, tapi sungguh aku tak mengenalnya. Akhirnya ia memberitahukan namanya . ya Tuhan saat aku mendengar namanya tiba-tiba tulang-tulang di sekujur tubuhku terasa bergemeretak, jantung ini berdegub lebih kencang dari biasanya. Ahh ada apa dengan ku?.
Aku pun beristirahat sejenak, dengan meminum air mineral seharga 2500 rupiah. Pria  ini masih saja mengikuti, Alba namanya. ia mengajakku makan bubur ayam. Tapi aku masih saja merasa heran karena dia tak seperti dahulu, kini ia tinggi dan wajahnya pun semakin tampan. Cukup lama aku tak bertemu dengannya. Sembari makan bubur kami pun melanjutkan pembicaraan kami, kami menceritakan tentang kesibukan kami. Tapi lama-lama pembicaraan itu pun berubah menjadi pembahasan yang aneh dan semestinya tak perlu untuk diperbincangkan lagi. Kami pun bertukar no handphone.
Matahari pun sudah muncul sepenuhnya, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Sampai di rumah, aku langsung membantu ibuku, merapihkan kamar, dan mandi. Menanti datangnya anak-anak ke rumahku. Ini tugas baru untukku, aku akan mengajarkan anak-anak les. Saat jam menunjukan pukul 08:30 HandPhoneku pun berbunyi, teman-teman smpku ingin mengadakan kumpul hari ini.
Pukul 12.30 pun tiba. Ini saatnya aku bersiap-siap karena aku sudah berjanji akan pergi dan berkumpul bersama teman-teman lamaku. Kami akan berkumpul disalah satu mall di Tangerang. Aku datang lebih awal dari teman-temanku yang lain. Saat aku sedang meninum secangkir ice cappuccino, datanglah mereka. Tapi kini lebih banyak dari biasanya. Ooh ternyata ada dia, ya Alba . mengapa mereka tak memberitahuku?. Dia pun duduk disampingku . kami berbincang-bincang bahkan sampai tertawa terbahak-bahak, ya ini lah kami jika sudah disatukan. Tapi kenapa aku dan alba yang jadi bahan ledekan hari ini. Waktu pun terus berputar, tak terasa kami sudah lama ditempat ini. kami memutuskan  untuk pulang. Alba ingin sekali mengantarkanku untuk pulang. Tak bisa ku tolak, karena teman-temanku memaksa aku untuk pulang bareng alba.
Sepanjang perjalanan aku hanya bisa mengotak-atik handphone ku, entah kenapa aku merasa gugup, seperti orang yang baru kenal, memang cukup lama kami tidak bertemu. Ia pun tak mengajakku mengobrol, ia hanya fokus pada jalanan dan mobil yang dikemudikannya. Ini bukan jalan menuju kerumahku, mau dibawa kemana aku. Dengan sangat terpaksa aku pun bertanya ”mau kemana kita?”. Ia hanya menjawab “ nanti juga tau!”. Ternyata ia mengajakku untuk pergi kesuatu tempat. Ya tempat itu memang sering kami kunjungi waktu dulu. Entah apa maksudnya mengajakku ke tempat ini. ia memesan jus alpukat dan tape bakar, ya ampun ternyata ia masih hafal saja makanan dan minuman kesukaan ku. tapi apa maksudnya?. Banyak yang kami bicarakan saat itu, dan ia memberiku kotak yang terbuat dari kardus berbentuk love. Aku Tak mengerti maksud semua ini. sampai akhirnya aku mengajak alba untuk pulang .

Jumat, 02 Desember 2011

lilin

lilin ibarat seorang ibu, lilin selalu dibutuhkan disaat kita kegelapan (mati lampu),begitupun ibu, ia selalu hadir disaat kita merasa susah, hanya ia yang dapat menyinari. ia rela berkorban untuk anak-anaknya apapun ia lakukan untuk membahagiakan anaknya. sampai azal menjemputnya. sayangilah ibumu, jangan pernah kita membuat Ia kecewa... I LOVE MY MOM

Lipatan Kertas

Rasa Sayangku padamu ibarat sebuah lipatan kertas,  tidak akan kembali seperti semula jika kita sudah melipatnya pasti akan membekas dan akan abadi selamanya. Begitupun rasa sayangku pada mu, selalu membekas dihatiku dan akan abadi selamanya.