Matahari belum sepenuhnya muncul, embun pagi masih menghiasi rerumputan, jam pun menunjukan pukul 05.00. Dila langsung bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kembali ke kamar untuk shalat. Ya setiap minggu pagi, Dila meluangkan waktunya untuk berolahraga. Dila berlari-lari kecil di komplek perumahan yang tak jauh dari rumahnya.
Nadila Az-zahra namanya, usianya baru genap 19 tahun. Gadis cantik blasteran Jawa-Arab ini biasa di panggil Dila. Ia suka sekali menulis cerpen dan membaca. Beberapa cerpen karyanya sudah dimuat dimajalah-majalah remaja. Dila juga sangat suka berolahraga, tak jarang ia meluangkan waktunya untuk berolahraga.
Dila terus berlari sambil menikmati suasana pagi yang begitu sejuk, sedang asyiknya ia berlari seorang pria menghampiri dirinya. Tiba-tiba saja Pria itu menanyakan bagaimana kabarnya, padahal Dila sama sekali tidak mengenal orang itu. Pria itu terus saja menanyakan tentang Dila sekarang, Dila pun hanya terdiam. Anehnya Pria itu langsung saja menceritakan saat-saat mereka sekolah dulu. Dila pun mulai tidak mengerti apa maksud Pria itu. “Memangnya kamu siapa?” tanya Dila. “Ha..Ha..Ha kamu tidak mengenal aku?” jawab Pria itu. “Mengapa kamu tertawa? Iya aku tidak kenal sama kamu!” ujar Dila sambil berusaha menghindar dari Pria itu. Usaha Dila untuk menghindar dari Pria itu pun gagal, Pria itu masih saja mengikutinya. Emosi Dila sepertinya mulai memuncak, ia semakin tak mengerti dengan Pria ini. Tak lama Pria itu pun memperkenalkan dirinya “Aku Nizam. Kamu benar-benar lupa sama aku” ujar pria itu. Entah mengapa saat Dila mendengar nama itu, ia tiba-tiba gugup “ya Tuhan, mengapa tiba-tiba tulang-tulang di sekujur tubuhku terasa bergemeretak, jantung ini berdegub lebih kencang dari biasanya. Ahh ada apa dengan ku?” ucapnya dalam hati.
Muhammad Nizam namanya, Nizam biasa ia disapa. Seorang pria tampan yang mengikuti Dila dari tadi, ternyata teman sekolah Dila waktu SMP. Nizam adalah sosok pria yang Dila kagumi waktu itu. Selain wajahnya yang tampan Nizam juga seorang anak yang cerdas.
Dila pun beristirahat sejenak, dengan meminum air mineral seharga 2500 rupiah. “Kamu beneran Nizam? Tanya Dila dengan heran. “Iya, aku Nizam masa kamu tidak percaya” jawab Nizam sambil tersenyum. Nizam pun mengajak Dila untuk makan bubur ayam. Tapi Dila masih saja merasa heran, karena Nizam sekarang tak seperti Nizam yang dulu ia kenal, kini Nizam terlihat lebih tinggi dan wajahnya pun semakin tampan. Cukup lama memang mereka tak bertemu. Sembari makan bubur mereka terus saja melanjutkan pembicaraannya. Mereka menceritakan tentang kesibukan mereka masing-masing. Tapi lama-lama pembicaraan itu pun berubah menjadi pembahasan yang aneh. “Aku boleh minta nomor handphone kamu ga?” tanya Nizam. “mau nomor handphone aku? Wani Piro?” jawab Dila dengan candanya. “Ha..Ha..Ha. Kamu ini ga pernah berubah dari dulu!” ucap Nizam. Dila pun hanya tersenyum dan langsung memberikan nomor handphonenya.
Matahari pun sudah muncul sepenuhnya, Dila memutuskan untuk pulang kerumah. Sampai di rumah, Dila langsung membantu ibunya, merapihkan kamar, dan mandi. Menanti datangnya anak-anak ke rumah. Kini ia memiliki tugas baru, Dila akan mengajarkan anak-anak di sekitar rumahnya, walaupun hanya mengajarkan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika namun Dila cukup senang. Saat Dila sedang asyik mengajarkan anak-anak. Tiba-tiba handphone yang berada di kamarnya berbunyi. Ternyata telepon dari Sukma temannya. Sukma ingin mengadakan kumpul hari ini bersama teman-teman yang lainnya. Jarum jam pun telah menunjuk keangka sebelas, anak-anak pun mulai pulang ke rumah mereka masing-masing. Dila pun beristirahat sejenak sebelum akhirnya ia pergi bertemu dengan teman-teman lamanya.
Pukul 12.30 pun tiba. Dila bersiap-siap, ia mengganti pakaiannya. Dan langsung berpamitan pada ibunya. Dila akan pergi kesalah satu mall di Tangerang, karena Dila akan bertemu teman-temanya di mall itu. Dila datang lebih awal dari teman-temannya yang lain. Untuk membuat dirinya tidak jenuh Dila pun memesan secangkir ice cappuccino. Saat Dila sedang meninum ice cappuccino, datanglah teman-temannya. Tapi kini lebih banyak dari biasanya. Ternyata Nizam ikut berkumpul hari itu. “Hey, tumben ikut kumpul?” tanya Dila pada Nizam. “Iya, kebetulankan lagi di Tangerang!” jawab Nizam. Nizam pun duduk di samping Dila. Mereka berbincang-bincang dengan seru bahkan sampai tertawa terbahak-bahak. Tapi kali ini Dila dan Nizam menjadi bahan ledekan “Cie..cie yang tadi pagi abis ketemu!” ucap Andi. “Siapa Ndi yang abis ketemu?” tanya Sukma. “Itu..tuh” jawab Andi sambil melirikan matanya pada Dila dan Nizam. Dila pun bersikap biasa saja, namun Nizam bersikap begitu aneh, ia tersipu malu karena ledekan dari teman-temannya. “Eh Zam, memangnya kamu itu kemana aja?” tanya Dila. Belum Nizam menjawab malah teman-temannya yang mendahului “Nizam kan sekolah penerbangan Dil di Bandung!” jawab Sukma. “Cie..cie kangen nih” ucap teman-teman Dila. Dila pun hanya tersenyum “Apa sih maksudnya?” ucap Dila yang tidak mengerti maksud teman-temannya. Akhirnya Nizam pun menjawab pertanyaan dari Dila “Aku, sekolah penerbangan Dil di Bandung, tapi sekarang aku lagi libur. Lusa aku sudah balik lagi” jawab Nizam. “ooh, gitu ya!” ujar Dila.
Waktu pun terus berputar, tak terasa mereka sudah lama berada di tempat ini. Mereka pun melanjutkan berjalan-jalan lagi. “Nonton yuk? Aku bayarin deh!” ucap Nizam. “Serius! dibayarin?” ucap Andi. “Iya, bener deh. Kapan lagi coba aku bayarin” ujar Nizam. “Boleh juga kalau mau bayarin” ucap Dila dan Duwi. Akhirnya mereka pun menonton film terbaru di XXI. “Eh, tapi aku duduknya dekat Dila ya? Ujar Nizam. “Iya deh, iya. Kasian udah bayarin” ujar Andi. Setelah hampir dua jam mereka berada dalam ruangan bersuhu dingin itu. Akhirnya mereka keluar. Namun mereka pun melanjutkan untuk makan malam bersama, hari ini memang Nizam yang membayarkan semuanya. Makanan pun sudah habis. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Nizam ingin sekali mengantarkan Dila pulang “Dil, pulang bareng aku ya?” tanya Nizam. “Iya Dil, pulang bareng Nizam aja. Dari pada kamu pulang sendiri” ujar Sukma. Dila pun tak bisa menolak ajakan Nizam, karena teman-temannya memaksa Dila untuk pulang bareng Nizam. “Iya deh” jawab Dila sambil menganggukan kepalanya.
Sepanjang perjalanan Dila hanya bisa mengotak-atik handphonenya, entah kenapa Dila merasa gugup, tidak seperti tadi saat masih ada teman-temannya. Ia merasa seperti orang yang baru kenal dengan Nizam. Memang sejak dulu Dila sangat menyukai Nizam, sebenarnya Nizam pun sangat menyukai Dila tapi Nizam tak pernah berani untuk mengungkapkannya, sampai-sampai Dila tidak pernah mengetahui bahwa Nizam menyukainya. “Kamu kenapa diam aja?” tanya Nizam. “Hemh, ga apa-apa ko?” jawab Dila. Nizam pun kembali fokus pada jalanan dan mobil yang dikemudikannya. “Kamu maukan antar aku dulu?” tanya Nizam. “Kemana?” ucap Dila. “Ya, nanti juga tau” ujar Nizam. “Kamu, mau nyulik aku ya?” ucap Dila. “Ha..ha..ha Dila kamu ini ada-ada saja” jawab Nizam sambil tak henti-hentinya tertawa. Nizam pun terus mengemudikan mobilnya. “Dil, Dila” ujar Nizam. “Eh iya, kenapa?” ujar Dila kaget. “Dil, bapak kau pemulung ya?” ucap Nizam. Dila pun tiba-tiba bete saat itu. “Enak aja kamu” jawab Dila sewot. “Ish, ko kamu malah marah sih, aku kan mau ngegombal” ujar Nizam. Dila pun sangat malu sekali saat itu karena ia tidak tahu kalau Nizam mau menggombalinya “Oh, ha..ha..ha. kok kamu tahu?” jawab Dila yang masih saja tertawa. “Ah, udahlah ga seru!” jawab Nizam dengan bete. Dila merasa tidak enak pada Nizam. “Ih, ko malah ngambek sih, makanya kalau mau ngegombal bilang-bilang dulu” ucap Dila sambil membujuk Nizam agar tidak marah. Akhirnya mobil yang di kemudikan Nizam pun berhenti di suatu tempat. Dila cukup kaget saat ia sampai di tempat itu. “Kenapa ke sini?” tanya Dila heran, Nizam pun hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Dila. Kafe yang terletak di pinggir danau ini memang sering Dila dan teman-temannya datangi. Tempatnya yang nyaman dan sejuk apalagi malam-malam. Entah apa maksud Nizam mengajak Dila ke tempat ini. “Kamu duduk di sini dulu ya!” ujar Nizam. Tidak lama Nizam pun datang dengan membawa kotak yang terbuat dari kardus berbentuk love dan ia berikan kepada Dila. Dila pun tidak mengerti maksud Nizam. “Apa ini?” tanya Dila. “Kamu liat aja nanti di rumah” jawab Nizam. Nizam dan Dila pun melanjutkan perbincangan mereka, mereka terliat asyik mengobrol namun Dila masih saja heran dengan sikap Nizam. Saat asyiknya mereka berbincang-bincang datanglah seorang pelayan kafe dengan membawa jus alpukat dan tape bakar. “Permisi, ini pesanannya” ucap pelayan itu sambil menaruh makanan dan minuman itu di meja. “Loh, aku kan ga pesen mas!” ucap Dila pada pelayan itu. Saat pelayan akan menjawab pertanyaan Dila. Nizam pun langsung berkata “Iya mas, makasih” kata Nizam. “Ini punya kamu?” tanya Dila. “Ya, punya kita lah” jawab Nizam. “Tapi kan aku ga mesan!” Ujar Dila. “Yaudah Makan aja sih” ucap Nizam. Dila pun semakin bingung karena Nizam memesan jus alpukat dan tape bakar kesukaan Dila. “Kenapa kamu mesan ini?” tanya Dila heran. “Inikan kesukaan kamu!” jawab Nizam sambil memancarkan senyum di wajahnya. Dila Tak mengerti maksud semua ini. Akhirnya Dila mengajak Nizam untuk pulang.
Tak perlu kau kirim bunga
'tuk buktikan cinta
Tak perlu puisi indah
Agar ku bahagia...
Suara dering handphone itu sangat mengganggu Dila, karena ia sudah sangat mengantuk. “Aah, siapa sih ini malam-malam SMS!” ucap Dila sewot. Saat ia membuka handphonenya ternyata SMS dari Nizam.
Kuminta rembulan menemani tidurmu
Kumohon pada bintang menjaga istirahatmu
Selamat tidur. Semoga esok hari kau bangun dengan semangat baru
Sender:
Nizam
0878878xxxx
Sent:
23:24
01/01/2012
SMS dari Nizam membuat Dila tersenyum sendiri...
“Dil..dila bangun. Nanti kamu telat!” suara ibu membangunkan Dila sambil mengetuk kamarnya. “Iya bu” jawab Dila yang masih mengantuk. Saat ia membuka matanya, langsung ia lihat handphone yang tergeletak di sampingnya. Ia tercengang kaget saat ia membaca pesan di ponselnya. Ia pun segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Saat ia membuka pintu sudah ada mobil yang terparkir di depan rumah. “Dil, hayu naik!” ucap Nizam yang berada dalam mobil. “Kamu sudah menunggu dari tadi ya?” tanya Dila. “Ga kok. “ jawab Nizam singkat. Percakapan pun terjadi selama perjalanan menuju kampus. “Kamu udah sarapan?” tanya Nizam. “Belum” jawab Dila singkat. “Kita sarapan dulu ya?” ucap Nizam sambil memarkirkan mobilnya di depan tukang bubur...
Langit pun begitu bersinar siang ini. Dila bersiap-siap untuk pulang. Kali ini Nizam sudah menunggunya di depan kampus. Ternyata Dila sudah berjanji pada Nizam kalau ia akan mengantarkan Nizam untuk membeli perlengkapan sebelum ia ke Bandung. “Kamu ga apa-apakan Dil kalau antar aku dulu?” tanya Nizam. “Iya, nyantai ajalah” jawab Dila. “Besok sehabis shalat shubuh aku berangkat ke Bandung!” ujar Nizam. “ooh, yah aku ga di antar jemput lagi dong?” ucap Dila sambil menggoda Nizam. “he..he..he iya lah. Tapi aku selalu mengantarkan kamu ko menuju hatiku” ucap Nizam. Dila pun hanya tertawa saat mendengar perkataan Nizam. Selesai berbelanja Nizam pun mengantarkan Dila pulang...
Walau aku jauh memandang dirimu, bahkan tak tampak dirimu dengan jelas disana. Namun slalu dekat dihatiku, memang engkau tak pernah hadir dihadapku tapi engkau slalu dipikiranku setiap aku berpikir.
Sender:
Nizam
0878878xxxx
Sent:
20:32
02/ 01/ 2012
Dila semakin heran dengan sikap Nizam sekarang. Nizam selalu mengirimkannya pesan-pesan singkat yang berisi tentang cinta atau perhatian. Walaupun Nizam jauh namun Dila merasa perhatian Nizam begitu tulus. Ini membuat Dila Heran karena Nizam tak seperti dulu yang cuek padanya. Nizam yang sekarang begitu perhatian padanya.