Matahari terlihat begitu bersinar. Cahayanya begitu terang menyinari bumi. Tentulah membuat semangat orang-orang. Srek..Srek.. suara gesekan sapu lidi di jalan beraspal. Ya pria yang bernama lengkap Andi Setiawan. Andi begitu pria ini disapa. Ia begitu semangat menyapu jalan-jalan. Ia bekerja sebagai tukang sapu jalanan di daerah Kota Tangerang. Sudah sekitar dua tahun Ia bekerja sebagai tukang sapu. Ia bekerja untuk membantu Ibunya dan membantu membiayai sekolah adiknya.
” Ndi, kamu ga malu kerja sebagai Tukang sapu?” Tanya ibu. “ Kenapa harus malu bu, aku kan bekerja halal. Bukan mencuri.” jawab Andi. “ tapi kan kamu masih muda ndi. Ibu takut saja kalau kamu malu ” ujar Ibu. “ sudah Ibu ga usah khawatir ” ucap Andi. Sebenarnya Andi ingin sekali merasakan kuliah. Ia ingin mengejar cita-citanya. Ia pun terus mengumpulkan uang dari gaji yang Ia peroleh.. “ Ya..Tuhan aku ingin sekali bisa kuliah. Aku ingin cita-citaku tercapai ” Doa yang selalu Andi panjatkan sehabis Ia melaksanakan Shalat. Andi sangat rajin sekali bekerja. Bosnya pun sangat senang dengannya.
Matahari begitu terik, setelah selesai menyapu Jalanan, Andi pun harus ke Kantor karena Pak Ruli bos Andi sudah menelponnya. Andi terkadang di suruh oleh Pak Ruli membereskan ruangannya atau Pak Ruli menyuruh Andi untuk membelikan sesuatu. “ndi, tolong kamu belikan obat, ini resepnya?” suruh Pak Ruli. Andi pun langsung menerima pekerjaan itu, tanpa basa-basi Ia langsung pergi meninggalkan kantor.. “ini pak Obatnya” ucap Andi. “ya letakan di meja”Ujar Pak Ruli. Andi segera menaruh obat itu di Meja Pak Ruli dan segera meninggalkan ruangan itu.” Eh ndi, sini dulu” panggil Pak Ruli. Andi segera menghampiri Pak Ruli.”ini, buat kamu!” ucap Pak Ruli sambil memberikan Uang pada Andi. “Makasih pak” jawab Andi dengan senang hati menerima Uang itu.
Malam semakin larut, Andi belum bisa memejamkan matanya. Ia pun menghitung uang yang sudah Ia kumpulkan. “alhamdulillah, uangnya sudah terkumpul cukup banyak” Ucap Andi. “Kamu belum tidur ndi?” tanya Ibu. “aku belum ngantuk bu.” Jawab Andi sambil merapihkan uangnya. “ Uang itu mau kamu apakan ndi?” ucap Ibu. Andi pun sangat kebingungan menjawab pertanyaan Ibu “aku mau kuliah bu”. “oh, bagus kalo begitu, memang uang yang kamu kumpulkan sudah bisa untuk bayar kuliah, maafkan Ibu tidak bisa membantu ndi!” ujar Ibu. “aku tidak tahu bu, cukup atau tidak! Besok aku akan tanyakan pada temanku. Ibu tidak usah khawatir” ujar Andi. “ya sudah. Kamu tidur sudah malam” ucap Ibu.
Hari pun telah berganti. Srek..Srek.. Suara itu pun kembali menghiasi jalanan aspal. Andi mulai kembali melakukan aktifitasnya. Jalanan pun sudah bersih. Andi pun pergi ke kantor seperti biasa sehabis menyapu Ia harus absen. Sampailah di kantor. Terjadi perbincangan antara Andi dengan salah satu staf kantor. Ia menanyakan biaya masuk kuliah. Ternyata uang yang sudah Andi kumpulkan sudah cukup untuk biaya pendaftaran. “Kalau kamu mau kuliah, bilang aja sama bos nanti di bantu” ucap Ade salah satu staf kantor. Andi sangat senang mendengar ucapan Ade.
Andi kembali pulang ke rumah. “Assalamualaikum, Ibu.. bu!” Andi memanggil Ibunya. “Waalaikum salam, ada apa ndi, kamu baru pulang sudah teriak-teriak?” tanya Ibu heran. “hehe, maaf bu. Ibu ternyata tabungan aku sudah cukup untuk biaya masuk kuliah!” ucap Andi. “Alhamdulillah, syukurlah ndi” jawab Ibu. “katanya sih kalau aku ngomong sama bos, insya Allah dibantu bu, tapi aku belum bertemu dengan bos tadi!” ujar Andi. “Yasudah, besok kamu temui bos saja. Atau nanti sore kau temui beliau. Bukankah nanti sore kamu ada pertemuan?” ujar Ibu. “oh iya. Baiklah aku akan bicarakan nanti sama bos!” ucap Andi dengan senangnya. Andi pun beristirahat sejenak melepas lelah.
Sinar matahari tenggelam ke dasar samudera, tanda senja berganti gulita. Andi pun pergi ke rumah Bosnya. seperti biasanya setiap dua hari sekali sering diadakan kumpul seluruh pegawai di rumah bosnya. di saat teman-teman Andi belum datang, Andi pun langsung membicarakan niatnya pada pak Ruli.“Pak saya, mau minta Izin. Saya mau kerja sambil kuliah!” ucap Andi pada Bosnya. “bagus itu. Saya dukung kamu, kamu mau kuliah dimana?” jawab Bos Andi. “belum tau pak, masih bingung” ujar Andi. Terjadi pembicaraan yang cukup panjang antara Andi dengan Bosnya. Bos Andi sangat mendukung sekali niat Andi, ternyata dulu banyak karyawan yang bekerja sambil kuliah. Bahkan sebagian ada yang sudah diangkat sebagai pegawai Negeri. Saat teman-teman Andi datang, mereka pun menghentikan sejenak pembicaraannya.
Hari terus berganti, kini Andi pun mulai membagi waktunya antara bekerja dan kuliah. Ia kuliah di salah satu Universitas Swasta di Kota Tangerang mengambil jurusan Ilmu sosial dan politik. Andi ingin sekali menjadi seorang PNS. Karena jurusan ini sangat di jamin oleh pemerintah Kota Tangerang, hampir sebagian pemerintah Kota Tangerang kuliah di Universitas ini.
Andi pun sangat di sibukan dengan kuliahnya, namun Ia tidak pernah melupakan tugasnya sebagai tukang sapu. Ia tetap melakukan kegiatan itu di pagi hari. Andi terus berusaha dan berdoa. Walaupun banyak teman-teman yang mencibirnya. Mereka menganggap bahwa tukang sapu tidak bisa sukses, mereka mencap bahwa Andi tak pantas untuk kuliah. namun Andi tidak pernah menghiraukan itu semua. Ia malah semakin semangat dengan cibiran itu. IPKnya pun selalu diatas tiga.
“Ndi, dimana kamu? Bisa ke Kantor sekarang?” ucap pak ruli melalui telepon. “saya di rumah pak, baru saja sampai. Baik saya ke sana” jawab Andi. Andi pun langsung bergegas menuju kantor.. Sampailah ia di kantor. Pak Ruli pun langsung memberi Ia kerjaan. Tapi kali ini Andi di beri kerjaan untuk mengetik beberapa dokumen. Namun disela kebahagiaannya, ternyata ada beberapa orang yang tidak menyukai Andi. Mereka menganggap kedekatan Andi dengan bosnya ada maksud lain, mereka menganggap bahwa Andi memanfaatkan kedekatan itu. Padahal itu tidak sama sekali terlintas dipikiran Andi. Kini orang yang tidak menyukai Andi pun mulai menjauh darinya. Namun Ia tetap bersikap seperti biasanya. Lagi-lagi Ia tidak menghiraukan hal itu.
Andi pun kini berada di kampus, baru tiba Ia di kampus, Ia pun langsung di panggil oleh Rektor. Tentulah hal ini membuat Ia dag..dig..dug. ternyata ini kabar baik, Ia mendapat beasiswa di kampusnya. Jadi Ia tak usah repot-repot memikirkan biayanya.setelah mendengar kabar ini Andi pun langsung membeti kabar pada Ibunya dan Bosnya. tentulah Pak Ruli semakin bangga pada Andi.
Semakin lama teman-teman Andi pun semakin syirik padanya, namun Andi bisa membuktikan semua pada teman-teman yang menganggap dia lemah dan tak mampu. Andi telah menyelesaikan kuliahnya lebih awal. Andi sekarang semakin di andalakan di kantor bukan hanya oleh pak Ruli namun oleh staf-staf kantor. Rasanya Andi semakin dekat untuk menggapai impiannya. Bahkan Pak Ruli sudah memberi harapan yang pasti kepada Andi. Namun tetap Andi harus terus berdoa dan berusaha.
Srek..Srek.Srek.. Suara itu mengiri indahnya pagi. Menemani hari-hari yang penuh dengan suka cita. “Kak..kak Andi” terdengar suara dari kejauhan. Ternyata suara itu adalah suara Tini adik Andi. “ada apa de, tumben kamu kemari?” tanya Andi. “Ibu kak,, ibu sakitnya semakin parah” jawab Tini panik. Andi dan Tini pun langsung pulang ke rumahnya. Andi langsung membawa Ibunya ke rumah sakit yang tidak jauh dari rumah. ibu memang sudah lama sakit namun tak pernah Ia rasakan, Ia selalu menyembunyikan sakitnya dari anak-anaknya. Andi sangat sedih karena Ibunya terbaring lemah di rumah sakit dan pada hari yang sama itu. Ia harus mengikuti test CPNS, sepertinya Andi akan menunda untuk menjadi PNS karena Ia harus menemani Ibunya yang sedang sakit. Karena Tini sedang ada Ujian sehingga Ia tidak bisa menggantikan Andi menjaga Ibunya. “bukannya kamu hari ini test ya ndi?” tanya Ibu dengan lemahnya. “ia bu, sudahlah tidak apa-apa, ibu tidak usah memikirkan hal itu” jawab Andi. Tidak beberapa lama datanglah rekan-rekan Andi serta Pak Ruli menjenguk Ibu Andi di rumah sakit. Saat melihat pak Ruli yang datang Andi pun segera meminta maaf pada pak Ruli. “Pak maafkan saya, saya tidak bisa ikut test sekarang?” Ucap Andi. Pak Ruli pun tersenyum sambil berkata” ya sudah tidak apa-apa, nanti kalau ibumu sudah sembuh langsung temui saya di kantor”.
Ibu pun sudah pulih kembali, kesehatannya mulai membaik. Dokter pun mengijinkan Ibu untuk pulang.”Ndi kamu tidak menemui pak Ruli?” tanya Ibu. “Ia, bu mungkin nanti sore!” jawab Andi. Waktu pun terus berputar Andi berangkat menuju rumah Pak Ruli. “Assalamualaikum” Ucap Andi. “Waalaikumsalam” terdengar suara dari dalam rumah. keluarlah Pak Ruli dari rumahnya “eh kamu ndi. Gimana ibumu sudah membaik?” tanya Pak Ruli. “alhamdulillah, sudah pak” jawab Andi. Mereka pun berbincang-bincang cukup lama. Terkadang terselip tawa diantara perbincangan mereka.
Andi pun harus menunda impiannya menjadi seorang PNS, walaupun kini ia naik jabatan menjadi staf kantor namun masih honorer. Ia akan terus berusaha untuk menjadi seorang PNS.
0 komentar:
Posting Komentar